MENGULIK " Sedikit Mengenal Ular berdasarkan tempat"

Mengulik.com, Indonesia terkenal akan keanekaragaman hayatinya, baik itu flora maupun faunanya. Hal ini tentu menjadi sebuah nilai lebih bagi sebuah negara tropis yang terletak di asia tenggara ini. Kekayaan flora yang banyak menarik perhatian masyarakat adalah salah satunya "Ular" .

Ular adalah reptilia tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. namun ular tetap dapat dibedakan karena ular tidak memiliki telinga dan kelopak mata.

Ular merupakan salah satu reptilia yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Kebanyakan spesies ular hidup di daerah tropis, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular tidak dapat ditemui di tempat-tempat tertentu seperti di puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau kutub. Ular juga tidak bisa ditemui di daerah Irlandia, Selandia Baru, Greenland, pulau-pulau terisolasi di Pasifik seperti Hawaii, serta Samudera Altantik.
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak . Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Ada juga ular yang hidup di sungai, danau, rawa, dan laut, bahkan padang pasir yang tandus. Berikut adalah ular-ular berdasarkan tempat dimana sang ular sering menghabiskan waktu..


1. Ular Padang Pasir Ular derik penyamping / Crotalus cerastes





Sekilas dalam foto di atas tidak ada yang menarik, bahkan hanya pasir biasa yanga da di gurun. Namun siapa sangka, jika Anda meneliti lebih detil, di sana ada ular yang cukup mematikan tersembunyi di bawah pasir.
Dengan mata seperti manik-manik, ular Peringuey akan menghilang dari pandangan Anda saat berada di padang pasir, dan sedang mempersiapkan diri untuk menyergap mangsanya.
Bagi fotografer bermata tajam, Wim Van Den Heever tidak hanya cukup beruntung untuk melihat ular ini, tetapi cukup takjub bisa melihatnya menyamar saat berkamuflase dengan lingkungan ekstrem. Wim menemukan ular ini saat memimpin tur safari fotografi.
"Ular ini tinggal di bawah pasir, berbaring, dan siap melakukan penyergapan untuk menangkap tokek dan kadal. Ini juga merupakan bagian dari mekanisme pertahanan," ucap Wim yang kami kutip dari Mail Online.


2. Ular Laut erabu / Laticauda colubrina


Bentuk ular laut sendiri tidaklah berbeda jauh dengan ular kebanyakan namun ular laut sedikit memiliki perbedaan dari ular yang berada di darat yaitu tubuh ular laut sedikit lebih pipih di danding dengan ular lain dan ada beberapa jenis ular laut yang memiliki semacam ekor yang mengembang menyerupai layar di ekornya yang berfungsi untuk membantu ular memanufer dan berenang di dalam air.
Ciri umum lain ular laut adalah warna ular laut yang blaster biasanya hitam-putih dan masih banyak lagi. Ular laut sudah di nobatkan sebagai ular paling berbisa di dunia dan telah mematahkan gelar ular king cobra sebagai ular paling berbisa di dunia. Walupun ular laut adalah ular paling beracun dan berbisa di dunia namun ular ini tidaklah agrasif terhadap manusia namun jika dirinya merasa terancam ular inipu  akan menyerang manusia, penyerangan ular laut terhadap manusia sangatlah sedikit jika di bandingkan penyerangan ular darat terhadap manusia sebut saja ular boa, king cobra yang telah banyak menelan korban. Ular laut sendiri memiliki pemansa alaminya yaitu burung elang laut, biasanya ular laut menjadi mangsa bagi elang laut. Di indonesia sendiri penyerangan ular laut terhadap manusia sangatlah jarang terjadi karena mayoritas masyarakat indonesia tidak menyukai olahraga seperti menyerang dan berselancar, biasanya penyerangan ular laut terhadap manusia banyak terjadi di eropa dan juga amerika.
3. Ular Pohon ( Ular Pohon Cokelat )

Umumnya ditemukan hampir di seluruh habitat, dari hutan bakau, rawa-rawa, dan hutan pegunungan hingga mencapai ketinggian 1400 m dpl. Bahkan daerah ladang-ladang dan permukiman penduduk. Sering terlihat di sekitar kebun menjelang hari gelap. Aktifitas hariannya pada menjelang senja, dan malam hingga dini hari. Perkembang-biakannya dengan cara bertelur, betina akan mengeluarkan 3-11 telur. Makanannya berupa Katak, sejenis kadal dan burung. Sering pula memangsa mamalia kecil atau jenis ular lainnya. Ular ini termasuk jenis dalam kategori mengandung racun bisa sedang, namun demikian gigitannya dapat menimbulkan luka serius hingga gangguan pernafasan.
Bentuk badannya ramping, panjang total tubuhnya dapat mencapai 2000 mm. Kepala relatif lebar dan dapat dibedakan dengan bagian leher. Moncongnya lebih panjang dari panjang mata. Matanya kecoklat-coklatan dan tergolong besar, bulat dengan biji mata yang lonjong (oval). Di belakang mata ada garis coreng hitam sampai ke bagian tengkuk. Sisik-sisik bibir atas pinggirnya berwarna gelap. Sisik-sisik ventral berwarna kekuning-kuningan, biasanya ada bercak-bercak gelap. Ekor panjang dan bagian bawahnya kadangkala berwarna kehitam-hitaman. Seluruh tubuhnya berwarna coklat muda kekuning-kuningan atau coklat kemerah-merahan. Sisi badannya samar-samar ada lurik melintang berwarna hitam (gelap) yang agak teratur. Bagian ventrolateral berwarna putih kekuning-kuningan. Pada ular yang masih muda berwarna agak merah muda kekuning-kuningan, dengan bagian perutnya yang transparan.

 4. Ular sendok darat / King kobra, Naja Naja
King kobra adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae Disebut ular sendok, karena ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya apabila merasa terganggu oleh musuhnya. Leher yang memipih dan melengkung itu serupa bentuk sendok atau irus (sendok sayur).
Bisa atau racun ular sendok merupakan salah satu yang terkuat dari jenisnya, dan mampu membunuh manusia. Ular sendok melumpuhkan mangsanya dengan menggigit dan menyuntikkan bisa neurotoksin pada hewan tangkapannya (biasanya binatang mengerat atau burung kecil) melalui taringnya. Bisa tersebut kemudian melumpuhkan syaraf-syaraf dan otot-otot si korban (mangsa) dalam waktu yang hanya beberapa menit saja.
Selain itu, ular sendok dapat melumpuhkan korbannya dengan menyemprotkan bisa ke matanya; namun tidak semua kobra dapat melakukan hal ini. Kobra hanya menyerang manusia bila diserang terlebih dahulu atau merasa terancam. Selain itu, kadang mereka juga hanya menggigit tanpa menyuntikkan bisa (gigitan ‘kosong’ atau gigitan ‘kering’). Maka tidak semua gigitan kobra pada manusia berakhir dengan kematian, bahkan cukup banyak persentase gigitan yang tidak menimbulkan gejala keracunan pada manusia.
Meski demikian, orang harus tetap berwaspada apabila tergigit ular ini, namun jangan panik. Yang terbaik, perlakukan luka gigitan dengan hati-hati tanpa membuat luka-luka baru di sekitarnya (misalnya untuk mencoba mengeluarkan racun). Jika mungkin, balutlah dengan cukup kuat (balut dengan tekanan) bagian anggota tubuh antara luka dengan jantung, untuk memperlambat –namun tidak menghentikan– aliran darah ke jantung. Usahakan korban tidak banyak bergerak, terutama pada anggota tubuh yang tergigit, agar peredaran darah tidak bertambah cepat.

Kemudian bawalah si korban sesegera mungkin ke rumah sakit untuk memperoleh antibisa (biasanya di Indonesia disebut SABU, serum anti bisa ular) dan perawatan yang semestinya.
Semburan bisa ular sendok, apabila mengenai mata, dapat mengakibatkan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat. Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin dapat membilas dan menghanyutkan bisa itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.

5. Sanca Kembang/ Sanca Batik, segala tempat Malayopython reticulatus
 
Sanca kembang atau sanca batik adalah sejenis ular dari suku Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di antara ular lain. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 8.5 meter dan merupakan ular terpanjang di dunia. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics. Sedangkan nama ilmiahnya yang sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython reticulatus.
Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999). kontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam.
Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil ber
anca --terutama yang kecil-- kerap dipelihara orang karena relatif jinak dan indah kulitnya. Pertunjukan rakyat, seperti topeng monyet, seringkali membawa seekor sanca kembang yang telah jinak untuk dipamerkan. Sirkus lokal juga kadang-kadang membawa sanca berukuran besar untuk dipamerkan atau disewakan .
Sanca banyak diburu orang untuk diambil kulitnya yang indah dan bermutu baik. Lebih dari 500.000 potong kulit sanca kembang diperdagangkan setiap tahunnya. Sebagian besar kulit-kulit ini diekspor dari Indonesia, dengan sumber utama Sumatera dan Kalimantan. Semua adalah hasil tangkapan di alam liar.
Jelas perburuan sanca ini sangat mengkhawatirkan karena mengurangi populasinya di alam. Catatan dari penangkapan ular komersial di Sumatera mendapatkan bahwa sanca kembang yang ditangkap ukurannya bervariasi antara 1 m hingga 6 m, dengan rata-rata ukuran untuk jantan 2.5 m dan betina antara 3.1 m (Medan) – 3.6 m (Palembang). Kira-kira sepertiga dari betina tertangkap dalam keadaan reproduktif (Shine et al. 1999). Hingga saat ini, ular ini belum dilindungi undang-undang .CITES (konvensi perdagangan hidupan liar yang terancam) memasukkannya ke dalam Apendiks II.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGULIK "Objek Wisata Pulau Jemur"

MENGULIK " dibalik boomingnya lagu Armada - Asal kau bahagia "